Refleksi
Perkuliahan Filsafat Pendidikan
Pertemuan : Kelima
Dosen : Prof. Dr. Marsigit, MA
Hari,
Tanggal : Rabu, 23 Oktober 2018
Ruangan : R.1.18 Gd. I.01
Waktu : 13.00-14.40
Nama : Muhammad Fendrik
NIM : 18706261001
Program
Studi : S3 Pendidikan Dasar
Munculnya jati
diri adalah ketika kita menyadari jati diri tersebut. jati diri hanya dimiliki
oleh orang yang sadar. Kesadaran adalah kunci kehidupan, semua aturan yang ada
pada dasarnya adalah diperuntukkan untuk mereka yang sadar. Jatidiri adalah lahir,
hidup dan mati. Jati diri terdiri dari material, formal, normatif dan
spiritual. Setiap manusia memerlukan jati diri, karena kita masih hidup. Bagi
orang-orang yang tidak hidup, jati dirinya adalah amal ibadah dan keimanan.
Filsafat itu
selalu belajar tentang ada dan tidak ada. Mengadakan apa yang tidak ada dalam
pikiran manusia. Memasukkan ada yang belum ada, menjadi di dalam pikiran
manusia, karena filsafat adalah pola pikir. Pola pikir yang benar adalah yang
adil, yang dapat mampu menempatkan apa sesuai dengan ruang dan waktunya. Pola
pikir manusia, baik sadar maupun tidak sadar adalah sebuah upaya untuk
membangun dunia. Kita bisa memahami ruang karena ada waktu, dan dapat memahami
waktu dengan ruang. Oleh karena itu ruang sama dengan waktu. Manusia dalam
ruang dan waktunya tidak akan pernah bisa mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan, kita harus mencapai separuh dari jalan tujuan tersebut. Oleh karena itu
kita tidak akan pernah sampai pada tujuan. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan
dan keterbatasan manusia, manusia hidup di dunia ini hanyalah separuh
perjalanan hidup, yang separuhnya adalah akhirat.
Sebenar-benarnya
kita adalah saat berubah dimensinya, dimensi itu strata, dan strata itu dewa.
Peruhanan yang bisa merubah pikiran manusia adalah kesadarannya. Kesadaran
bahwa dia selalu berubah strata dalam segala aspeknya. Strata yang lebih tinggi
adalah dewa, dewa adalah aksioma, daksa itu realitanya. Ada dan tidak ada itu
adalah tergantung pikiran kita. Semua yang ada adalah bayangan dari pikiran yang
notabene tergantung dari hati. Namun demikian, semua itu berada di bawah srtata
yang lebih tinggi, yaitu kuasa tuhan.
Orang yang
mengalami disorientasi ruang dan waktu adalah orang gila. Orang gila
mengalami kesadaran yang terpotong-potong, sehingga mengalami gangguan
kepribadian dan disorientasi ruang dan waktu. Ilmu yang memperlajari kejiwaan
adalah psikologi plikologi ada dua yaitu psikologi langit dan wacana. Filsafat
adalah psikologi wacana. Terpilih dan memlilih juga menjadi kajian filsafat.
Terpilih adalah takdir, sedangkan memilih adalah ikhtiar. Semua ikhtiar adalah
takdir, semua terjadi naik dan turun, semua tergantung kuasa Tuhan. Filsafat
tentang semua hal, yang parsial dan non parsial, yang menjadi sebab dan menjadi
akibat. Sebab dalam berpikir adalah logis, logis adalah konsisten. Sebab di
dalam realita adalah kontradiksi, maka konsistensi dapat berjalan melampauni
konsentrasi manusia. Sebab dan akibat bisa hilang, bisa lupa, tapi logika,
konsistensi menggambarkan dunia sesuai apa yang adalah di dalam pikirannnya.
Buah pikiran manusia yang baik adalah budaya. Budaya memiliki makna, memiliki
maksud yang tersirat yang diyakini membawa kebaikan bagi manusia.
Besar kecil itu
relatif, yang absolut itu hanya di akhirat. Tidak ada yang absolut di dunia
ini, bahkan matematika yang ilmu pasti juga relatif. Semua akan bersifat
relatif jika masih terikat ruang dan waktu. Pengetahuan manusia itu
terbatas, oleh karena itu banyak hal yang bersifat transenden. Banyak hal yang
kita ketahui permukaannya saja. Transenden adalah ketika hanya mengetahui
sedikit hal, dari banyak hal-hal yang ada. Oleh karena terlampau banyak hal
yang transendem, bahkan diriku sekarang adalah transenden dari diriku yang
tadi. Hal ini membuktikan pengetahuan manusia yang terbatas, sangat terbatas
untuk mengetahui dunia seisinya.