Refleksi
Perkuliahan Filsafat Pendidikan
Pertemuan : Ketiga
Dosen : Prof. Dr. Marsigit, MA
Hari,
Tanggal : Rabu, 26 September 2018
Ruangan : R.1.18 Gd. I.01
Waktu : 13.00-14.40
Nama : Muhammad Fendrik
NIM : 18706261001
Program
Studi : S3 Pendidikan Dasar
Dengan ikhtiar
dan kemampuan yang diberikan Tuhan kita dapat membangun apa saja. Filsafat itu
sensitif terhadap dimensi, strata, level, perbedaan, dan kedudukan. Sifat
membangun sifat, gempa itu sifat yang menghasilkan Tsunami dan bisa juga
dikatakan Tsunami menghasilkan gempa. Manusia, burung, tumbuhan dapat membangun
rumah.
Hidup atau dunia ini sebetulnya
adalah satu sifat yang menimpa sifat yang lain. Antara ikhtiar dan takdir itu
saling berinteraksi. Takdir yang diadakan dan ditiadakan itu berbeda.
Persoalan
tentang filsafat pada dasarnya adalah tentang kedudukan yang hakiki dan
konseptual tentang keberadaan objek-objek. Epistemologi membahas tentang
bagaimana kedudukan tersebut dalam pikiran manusia. Kedudukan filsafat semacam
ini adalah sebuah bentuk pola pikir. Yang menjadi fokus adalah bagaimana
memanfaatkan pola pikir berfilsafat ini untuk membangun dunia. Filsafat dapat
merangkum semua hal yang ada di dunia serta segala sesuatu yang digunakan untuk
membangun dunia dengan satu frasa, yaitu “A dan bukan A”. A adalah
sembarang, sedang bukan A adalah antitesis dari A yang telah mencakup segala
sesuatu yang ada di dunia, hal tersebut telah mencakup semuanya tanpa
terkecuali, bahkan anak semut yang belum lahir juga sudah termasuk di dalamnya.
Filsafat dibelajarkan melalui bahasa, bahasa yang digunakan adalah bahasa
analog. Dalam filsafat analog mengandung unsur ikonik, yaitu filsafat penuh
dengan makna-makna mendalam yang tersirat. Bahasa filsafat penuh dengan kiasan,
oleh karena itu untuk memahami filsafat perlu pemikiran yang mendalam dan
radikal.
Dimensi dunia
ada 4 yaitu titik, garis, ruang, dan spiritual. Dimensi keempat ini adalah
sesuatu yang bersifat non fisik, tentang kepercayaan, dan keimanan. Dimensi
keempat ini dihuni oleh malaikat, setan, jin, dan lain lain yang metafisik.
Dimensi keempat ini meskipun tidak dapat diindrawi secara sadar, akan tetapi
ada di dalam pikiran manusia. Kuncinya memahami dunia adalah tentang kesadaran.
Saat manusia sedang tidur, kesadarannya akan berkurang. Dunianya berubah
menjadi dunia ketidaksadaran, yaitu dunia mimpi. Dunia mimpi adalah perpaduan
realita dan pikiran manusia. Dunia mimpi bukanlah sebuah alam sadar, meskipun
kita terkadang tidak tahu saat kita bermimpi, ini mimpi atau nyata. Namun
demikian, ada salah satu cara untuk membedakannya yaitu dengan cara bertanya.
Bertanya adalah sebuah analogi tentang ada, karena bertanya adalah sebuah
proses berpikir.
Proses berpikir
seyogyanya berlandaskan kepada doa, hati, akidah, dan spiritualitas kuasa Allah
SWT. Berpikir filsafat sangat penting untuk memegang teguh spiritualisme,
karena dengan berfilsafat seseorang untuk lebih dekat dengan Tuhan, atau bahkan
mungkin menjauh dari Tuhan. Harapannya tentu adalah filsafat ini dapat
meningkatkan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan adalah sebuah persamaan
yang hakiki di dunia. Manusia dan makhluk lain tidak ada yang sama di dunia.
Bahkan “A = A” hanya ada di dalam pikiran manusia. Bahkan anak yang kembar
sekalipun tidak ada yang identuk sama persis. Bahkan seseorangpun tidak dapat
menyamai namanya sendiri. Oleh karena itu untuk belajar filsafat kuncinya
adalah doa, ikhktiar, dan menyadari bahwa melalui belajar filsafat adalah salah
satu cara untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Nah, kata mutiara untuk
pertemuan kali ini adalah “Pikirkan apa yang engkau kerjakan, kerjakan apa yang
engkau pikirkan, doakan apa yang engkau pikirkan dan doakan apa yang engkau
kerjakan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar