Filsafat Pendidikan Absolutisme
Muhammad Fendrik, M.Pd dan Prof. Dr.
Marsigit, MA
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Tesis
Secara etimologi
Absolutisme berasal dari bahasa Inggris yaitu absolutism, yang terdiri dari dua kata yaitu absolute dan isme.
Sedangkan dalam bahasa latin yaitu absolutus.
Kata absolutus merupakan bentuk
partisipium dari kata absolvere. Kata
kerja absolvere merupakan
penggabungan dua kata “ab” yang
berarti “dari” dan “solvere” yang berarti “membebaskan” “menyelesaikan”. Absolut secara harfiah berarti “terlepas dari”, “bebas dari”. Kata lain absolutus berarti pula “yang sempurna” atau “lengkap”.
Absolutisme secara ontologi merupakan suatu paham yang
menjelaskan suatu kemutlakan tanpa syarat yang harus diterima dan
kesempurnaannya itu tidak ada yang bisa dirubah sebagai suatu kebenaran.
Keberadaan Absolutisme adakalanya untuk membenarkan apa yang seharusnya
dibenarkan, dan menyalahkan apa yang harus disalahkan. Namun, sebagaimana kita
ketahui, Absolutisme tidak hanya mempunyai satu pengertian saja. Ia mempunyai
banyak pengertian yang harus disesuaikan dengan penggunaannya terkait dengan
ruang, waktu, suasana, dan pengertian lainnya yang mengharuskan perbedaan dalam
pengertian itu terjadi. Karena jika pengertian terhadap Absolutisme itu sama,
maka hal-hal yang esensial antara Tuhan dan makhluk-Nya tidak dapat dibedakan.
Dalam filsafat, istilah absolut digunakan pertama-tama dalam sistem metafisika.
Ada beberapa pandangan filsuf mengenai istilah ini, yaitu:
1. Descartes
menerapkan istilah ini pada prinsip yang jelas dengan sendirinya dan proposisi
yang tidak dibuktikan, yang dapat digunakan dalam mendeduksi pemecahan masalah
selanjutnya.
2. Fichte
menerapkan masalah ini pada ego sebagai daya pemrakarsa pengetahuan dan
realitas.
3. Hegel
menggunakan istilah ini untuk entitas pokok dalam sistemnya, yakin Roh Absolut.
Roh ini mempunyai dimensi kebenaran absolut dan keindahan absolut. Hal ini
menunjukkan suatu keseluruhan dan kelengkapan realitas, yang kiranya terletak
diluar pengalaman kita.
Filsafat pendidikan Absolutisme secara epistemologi
adalah keyakinan bahwa hanya ada satu penjelasan obyektif yang tepat
dan tidak berubah tentang realitas. Dalam pengertian ini, bila sesuatu disebut
absolut berarti sesuatu itu tidak membutuhkan yang lain untuk menjadi sempurna.
Alasannya, sesuatu itu sudah sempurna dari dirinya sendiri. Dalam arti kata,
absolut berlawanan dengan Relativisme, artinya tidak mempunyai relasi apa-apa
tentang yang lain. Sehubungan dengan ini, istilah ini mempunyai arti: tertentu,
pasti; mandiri, lengkap, total. Sedangkan dalam buku Qodir (2006), Absolutisme
bisa saja dipahami sebagai hal substansial yang membuat manusia itu lemah,
karena ia tidak mampu memahami keberadaaannya. Dimana ia harus menjalankan
pemahaman yang dianggapnya tidak bisa dirubah. Sehingga senang atau tidak
senang, tenang atau tidaknya manusia dalam menjalankan hal tersebut, tetap
harus dijalankannya. Padahal pandangan absolut yang seperti itu menjadikan
manusia lemah untuk memahami eksistensinya. Maka, perlu dihilangkan paham
Absolutisme itu, agar manusia dapat merasakan ketenangan yaitu melalui tela’ah
sufistik yang akan mampu menjawab, hal yang paling mendasar dalam diri manusia
itu sendiri.
Selanjutnya adalah pada
perspektif aksiologis atau
kebermanfaatan cabang filsafat Absolutisme dalam dunia pendidikan khususnya.
Dalam pemahaman beberapa tokoh di atas, kita tahu dimana mereka
menempatkan Absolutisme itu sendiri yang tidak menyandarkan keharusan
pengertian dan pemahaman itu sama, walaupun dalam tujuannya itu sama. Seperti
Hegel, ia menyebutkan ego itu sebagai sesuatu yang absolut yang memprakarsai
pengetahuan dan realitas. Yang pertama kali harus dijelaskan
adalah ‘absolut’ seperti apa yang dimaksud oleh Hegel. Karena
kecenderungan kita, jika dikatakan absolut yang berarti mutlak, maka yang kita
pahami adalah kekekalan Tuhan itu sendiri, tanpa mempertimbangkan bahasa mutlak
yang ditujukan pada makhluk. Cara berpikir seperti ini nantinya akan menjadi
rancu. Dimana kesalahpahaman akan senantiasa mendominasi pemikiran kita.
Kemudian, hubungan antara bahasan yang dimaksud dengan absolut itu sendiri.
Dalam pembahasan Hegel,
kita harus memahami hubungan antara ego dan absolut terlebih dahulu. Ego yang
dimaksud Hegel adalah sesuatu yang mendasar dalam diri manusia yang berbentuk
kemauan, keinginan. Dimana semua orang memiliki hal tersebut, yang dikatakannya
sebagai inti dari idea yaitu berpikir. Sedangkan absolut yang dimaksudkan
disini yaitu sifat yang telah mengekal dalam diri manusia, yang apabila
dipahami dan dimanfaatkan dengan benar, maka manusia akan mampu memahami
realitas juga melahirkan pengetahuan yang baru dan jelas. Karena menurutnya,
apa yang masuk akal itu sungguh real,
dan apa yang real itu masuk akal.
Anti-Tesis
Dalam dunia pendidikan
kritik diperlukan agar pendidikan dapat menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan
kritis sangat diperlukan dalam membendung filsafat pendidikan absolut yang
terlalu kaku dalam membuat aturan-aturan yang mesti dilakukan oleh pendidik.
Pada aliran ini orang dituntut untuk setia dengan seorang penguasa atau kelas
yang berkuasa tanpa mempersoalkannya baik atau tidak maupun benar atau
salahnya.
Selain itu aliran
Absolutisme ini juga bertentangan dengan subyektifisme. Pandangan
Absolutis dalam pengetahuan matematika adalah bahwa pengetahuan matematika
merupakan kebenaran mutlak, pengetahuan yang unik dan unchallengeable (tidak dapat ditantang). Penganut Absolutisme
memandang bahwa pengetahuan matematika didasarkan atas dua jenis asumsi;
matematika ini berkaitan dengan asumsi dari aksioma dan definisi, dan logika
yang berkaitan dengan asumsi aksioma, aturan menarik kesimpulan dan bahasa
formal serta sintak. Pandangan Absolutis menemui masalah pada permulaan abad
ke-20, ketika sejumlah antinomis dan kontradiksi yang diturunkan pada
matematika. Kontradiksi lainnya yang muncul adalah teori himpunan dan teori
fungsi. Penemuan ini mengakibatkan terkuburnya pandangan Absolutis tentang
matematika.
Sintesis
Absolutisme yang
memandang bahwa hanya ada satu penjelasan obyektif yang tepat dan tidak berubah
tentang realitas yang akan berbenturan dengan paham maupun aliran
Relativisme dan subyektifisme. Aliran filsafat pendidikan Absolutisme
ini berkaitan dengan peraturan pada pendidikan sepenuhnya berada pada
pemerintah yang berkuasa akan tetapi pendidikan juga memerlukan kritik dengan
melihat kelemahan-kelemahan yang telah terjadi untuk diperbaiki. Sintesisnya
adalah bahwa kebenaran nilai atau realitas secara obyektif
nyata yang perlu dituntut untuk setia dengan penguasa atau kelas yang berkuasa
tanpa mempersoalkan apapun keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar