Senin, 14 Januari 2019

Absolutisme


Filsafat Pendidikan Absolutisme
Muhammad Fendrik, M.Pd dan Prof. Dr. Marsigit, MA
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta

Tesis
Secara etimologi Absolutisme berasal dari bahasa Inggris yaitu absolutism, yang terdiri dari dua kata yaitu absolute dan isme. Sedangkan dalam bahasa latin yaitu absolutus. Kata absolutus merupakan bentuk partisipium dari kata absolvere. Kata kerja absolvere merupakan penggabungan dua kata “ab” yang berarti “dari” dan “solvere” yang berarti “membebaskan” “menyelesaikan”. Absolut secara harfiah berarti “terlepas dari”, “bebas dari”. Kata lain absolutus berarti pula “yang sempurna” atau “lengkap”.
Absolutisme secara ontologi merupakan suatu paham yang menjelaskan suatu kemutlakan tanpa syarat yang harus diterima dan kesempurnaannya itu tidak ada yang bisa dirubah sebagai suatu kebenaran. Keberadaan Absolutisme adakalanya untuk membenarkan apa yang seharusnya dibenarkan, dan menyalahkan apa yang harus disalahkan. Namun, sebagaimana kita ketahui, Absolutisme tidak hanya mempunyai satu pengertian saja. Ia mempunyai banyak pengertian yang harus disesuaikan dengan penggunaannya terkait dengan ruang, waktu, suasana, dan pengertian lainnya yang mengharuskan perbedaan dalam pengertian itu terjadi. Karena jika pengertian terhadap Absolutisme itu sama, maka hal-hal yang esensial antara Tuhan dan makhluk-Nya tidak dapat dibedakan. Dalam filsafat, istilah absolut digunakan pertama-tama dalam sistem metafisika. Ada  beberapa pandangan filsuf mengenai istilah ini, yaitu:
1.      Descartes menerapkan istilah ini pada prinsip yang jelas dengan sendirinya dan proposisi yang tidak dibuktikan, yang dapat digunakan dalam mendeduksi pemecahan masalah selanjutnya.
2.      Fichte menerapkan masalah ini pada ego sebagai daya pemrakarsa pengetahuan dan realitas.
3.      Hegel menggunakan istilah ini untuk entitas pokok dalam sistemnya, yakin Roh Absolut. Roh ini mempunyai dimensi kebenaran absolut dan keindahan absolut. Hal ini menunjukkan suatu keseluruhan dan kelengkapan realitas, yang kiranya terletak diluar pengalaman kita.
Filsafat pendidikan Absolutisme secara epistemologi adalah keyakinan bahwa hanya ada satu penjelasan obyektif yang tepat dan tidak berubah tentang realitas. Dalam pengertian ini, bila sesuatu disebut absolut berarti sesuatu itu tidak membutuhkan yang lain untuk menjadi sempurna. Alasannya, sesuatu itu sudah sempurna dari dirinya sendiri. Dalam arti kata, absolut berlawanan dengan Relativisme, artinya tidak mempunyai relasi apa-apa tentang yang lain. Sehubungan dengan ini, istilah ini mempunyai arti: tertentu, pasti; mandiri, lengkap, total. Sedangkan dalam buku Qodir (2006), Absolutisme bisa saja dipahami sebagai hal substansial yang membuat manusia itu lemah, karena ia tidak mampu memahami keberadaaannya. Dimana ia harus menjalankan pemahaman yang dianggapnya tidak bisa dirubah. Sehingga senang atau tidak senang, tenang atau tidaknya manusia dalam menjalankan hal tersebut, tetap harus dijalankannya. Padahal pandangan absolut yang seperti itu menjadikan manusia lemah untuk memahami eksistensinya. Maka, perlu dihilangkan paham Absolutisme itu, agar manusia dapat merasakan ketenangan yaitu melalui tela’ah sufistik yang akan mampu menjawab, hal yang paling mendasar dalam diri manusia itu sendiri.
Selanjutnya adalah pada perspektif aksiologis atau kebermanfaatan cabang filsafat Absolutisme dalam dunia pendidikan khususnya. Dalam pemahaman beberapa tokoh di atas, kita tahu dimana mereka menempatkan Absolutisme itu sendiri yang tidak menyandarkan keharusan pengertian dan pemahaman itu sama, walaupun dalam tujuannya itu sama. Seperti Hegel, ia menyebutkan ego itu sebagai sesuatu yang absolut yang memprakarsai pengetahuan dan realitas. Yang pertama kali harus dijelaskan adalah ‘absolut’ seperti apa yang dimaksud oleh Hegel. Karena kecenderungan kita, jika dikatakan absolut yang berarti mutlak, maka yang kita pahami adalah kekekalan Tuhan itu sendiri, tanpa mempertimbangkan bahasa mutlak yang ditujukan pada makhluk. Cara berpikir seperti ini nantinya akan menjadi rancu. Dimana kesalahpahaman akan senantiasa mendominasi pemikiran kita. Kemudian, hubungan antara bahasan yang dimaksud dengan absolut itu sendiri.
Dalam pembahasan Hegel, kita harus memahami hubungan antara ego dan absolut terlebih dahulu. Ego yang dimaksud Hegel adalah sesuatu yang mendasar dalam diri manusia yang berbentuk kemauan, keinginan. Dimana semua orang memiliki hal tersebut, yang dikatakannya sebagai inti dari idea yaitu berpikir. Sedangkan absolut yang dimaksudkan disini yaitu sifat yang telah mengekal dalam diri manusia, yang apabila dipahami dan dimanfaatkan dengan benar, maka manusia akan mampu memahami realitas juga melahirkan pengetahuan yang baru dan jelas. Karena menurutnya, apa yang masuk akal itu sungguh real, dan apa yang real itu masuk akal.
Anti-Tesis
Dalam dunia pendidikan kritik diperlukan agar pendidikan dapat menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan kritis sangat diperlukan dalam membendung filsafat pendidikan absolut yang terlalu kaku dalam membuat aturan-aturan yang mesti dilakukan oleh pendidik. Pada aliran ini orang dituntut untuk setia dengan seorang penguasa atau kelas yang berkuasa tanpa mempersoalkannya baik atau tidak maupun benar atau salahnya.
Selain itu aliran Absolutisme ini juga bertentangan dengan subyektifisme. Pandangan Absolutis dalam pengetahuan matematika adalah bahwa pengetahuan matematika merupakan kebenaran mutlak, pengetahuan yang unik dan unchallengeable (tidak dapat ditantang). Penganut Absolutisme memandang bahwa pengetahuan matematika didasarkan atas dua jenis asumsi; matematika ini berkaitan dengan asumsi dari aksioma dan definisi, dan logika yang berkaitan dengan asumsi aksioma, aturan menarik kesimpulan dan bahasa formal serta sintak. Pandangan Absolutis menemui masalah pada permulaan abad ke-20, ketika sejumlah antinomis dan kontradiksi yang diturunkan pada matematika. Kontradiksi lainnya yang muncul adalah teori himpunan dan teori fungsi. Penemuan ini mengakibatkan terkuburnya pandangan Absolutis tentang matematika.
Sintesis
Absolutisme yang memandang bahwa hanya ada satu penjelasan obyektif yang tepat dan tidak berubah tentang realitas yang akan berbenturan dengan paham maupun aliran Relativisme dan subyektifisme. Aliran filsafat pendidikan Absolutisme ini berkaitan dengan peraturan pada pendidikan sepenuhnya berada pada pemerintah yang berkuasa akan tetapi pendidikan juga memerlukan kritik dengan melihat kelemahan-kelemahan yang telah terjadi untuk diperbaiki. Sintesisnya adalah bahwa kebenaran nilai atau realitas secara obyektif nyata yang perlu dituntut untuk setia dengan penguasa atau kelas yang berkuasa tanpa mempersoalkan apapun keputusan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar