Filsafat Pendidikan Pluralisme
Muhammad Fendrik, M.Pd dan Prof. Dr.
Marsigit, MA
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Tesis
Pluralisme adalah
aliran yang tidak mengakui satu substansi atau dua substansi melainkan mengakui
banyak substansi. Pluralisme memandang bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari
banyak unsur. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang
terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan
bahwa tiada kebenaran yang mutlak dan berlaku umum, yang bersifat tetap,
berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal alam. Apa yang kita anggap benar
sebelumnya dapat dikoreksi dan diubah oleh pengalaman selanjutnya yang kita
alami secara langsung.
Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy
and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam
ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Pluralisme
juga dapat berarti kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), artinya,
untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, golongan,
agama,adat, hingga pandangan hidup.
Pluralisme secara ontologis, beranggapan bahwa segala
macam bentuk merupakan kenyataan. Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah
Anaxagoras dan Empedokles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu
terbentuk dari empat unsur, yaitu: tanah, air, api, dan udara (Kristiawan,
2016:156). Pluralisme dapat juga dimaknai sebagai sikap mengakui dan menerima
kenyataan masyarakat yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa
kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Jika bertolak secara
asal usul atau epistemologis,
para penemu Pluralisme diantaranya adalah Anaxogoras (500-428 SM)
menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tidak
terhitung banyaknya karena jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu
tenaga yang dinamakan nodus yaitu suatu zat yang paling halus yang
memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur. Adapun sejarah Pluralisme muncul
pada masa yang disebut masa pencerahan (Enlightenment)
Eropa, tepatnya pada abad 18 Masehi. Dimana pada masa ini disebut
sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern.
Pada kajian aksiologis atau asas kebermanfaatan
dalam konteks pendidikan, Pluralisme membawa toleransi bagi peserta didik atau
lingkungan belajar. Mengembangkan sikap Pluralisme pada peserta didik pada
ini adalah mutlak untuk segera “dilakukan” oleh seluruh pendidikan agama di
Indonesia demi kedamaian sejati. Pendidikan agama Islam perlu segera
menampilkan ajaran-ajaran Islam yang toleran melalui kurikulum
pendidikannya dengan tujuan dan menitikberatkan pada pemahaman dan upaya untuk
bisa hidup dalam konteks perbedaan agama dan budaya, baik secara individual
maupun secara kolompok dan tidak terjebak pada primordialisme dan ekslusifisme
kelompok agama dan budaya yang sempit.
Tujuan untuk
menumbuhkan saling menghormati kepada semua manusia yang memiliki iman berbeda
atau mazhab berbeda dalam berbagai hal, salah satunya bisa diajarkan lewat
pendidikan akidah yang inklusif. Dalam pembelajaranya, tentu saja memberikan
perbandingan dengan akidah yang dimiliki oleh agama lain (perbandingan agama).
Tentu saja, pengajaran agama seperti itu, sekaligus menuntut untuk bersikap
“objektif” sekaligus bersikap “subjektif” dalam pembelajaran.
Anti-Tesis
Di dalam dunia
pendidikan, selain kenyataan tentunya ada yang namanya harapan. Harapan ini
menjadi keinginan setiap orang yang mempunyai niat untuk berubah tidak
terkecuali pada diri peserta didik yang tentunya punya keinginan menjadi peserta
didik yang lebih sukses.
Aliran itu tentu sangat
bertentangan dengan aliran filsafat pendidikan Monoisme yang memandang bahwa
unsurnya bersifat tunggal. Menurut aliran Monoisme bahwa pendidikan bergantung
kepada guru sebagai subyek yang akan membelajarkan peserta didik-peserta
didiknya agar dapat menjadikan pembelajaran yang berkualitas di kelas,
sedangkan pada aliran Pluralisme semua unsur pendidikan saling berpengaruh
antara satu dengan yang lainnya. Bisa diargumentasikan bahwa sifat Pluralisme
proses ilmiah adalah faktor utama dalam pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan
untuk dapat menambah kesejahteraan manusia.
Sintesis
Filsafat pendidikan
Pluralisme yang memandang bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari
satu atau dua entitas sehingga tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum,
bersifat tetap, berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal alam. Aliran
Pluralisme mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada pengakuan
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau kebebasan mencari informasi
sehingga untuk mencapai Pluralisme diperlukan adanya kematangan dari
kepribadian seseorang maupun sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang
dikehendakinya.
Pluralisme merupakan ciri pemikiran
aliran Postmodernisme selanjutnya. Hasil teknologi modern dalam bidang
transportasi dan komunikasi menjadikan era Pluralisme budaya dan agama telah
semakin dihayati dan dipahami oleh banyak orang dimanapun mereka berada. Adanya
Pluralisme budaya, agama, keluarga, ras, ekonomi, sosial, suku pendidikan, ilmu
pengetahuan, politik merupakan sebuah realitas. Artinya bahwa mentoleransi
adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama dan budaya (Abdullah, 2004:
104). Sehingga menciptakan suatu adanya heterogen, bermacam-macam bukan
homogen. Keanekaragaman ini harus ditoleransi antara satu dengan yang lainnya
bukan saling menjatuhkan apalagi sampai terjadinya suatu konflik tertentu.
Berdasarkan tesis dan
anti-tesis di atas, dapat dipahami bahwa sesuatu hal itu berangkat dari
kenyataan (realita) yang ada dan harapan yang mesti digapai dengan ikhtiar atau
usaha dalam mengimplementasikan harapan untuk menjadi kenyataan. Oleh karena
itu, kenyataan akan sesuai dengan usaha yang telah dilakukan oleh orang yang
mau berusaha keras untuk merealisasikan dan mewujudkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar