Senin, 14 Januari 2019

Pluralisme


Filsafat Pendidikan Pluralisme
Muhammad Fendrik, M.Pd dan Prof. Dr. Marsigit, MA
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta

Tesis
Pluralisme adalah aliran yang tidak mengakui satu substansi atau dua substansi melainkan mengakui banyak substansi. Pluralisme memandang bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak dan berlaku umum, yang bersifat tetap, berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal alam. Apa yang kita anggap benar sebelumnya dapat dikoreksi dan diubah oleh pengalaman selanjutnya yang kita alami secara langsung.
Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Pluralisme juga dapat berarti kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, golongan, agama,adat, hingga pandangan hidup.
Pluralisme secara ontologis, beranggapan bahwa segala macam bentuk merupakan kenyataan. Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedokles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dari empat unsur, yaitu: tanah, air, api, dan udara (Kristiawan, 2016:156). Pluralisme dapat juga dimaknai sebagai sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jika bertolak secara asal usul atau epistemologis, para penemu Pluralisme diantaranya adalah Anaxogoras (500-428 SM) menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya karena jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nodus yaitu suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur. Adapun sejarah Pluralisme muncul pada masa yang disebut masa pencerahan (Enlightenment) Eropa, tepatnya pada abad 18 Masehi. Dimana pada masa ini disebut sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern.
Pada kajian aksiologis atau asas kebermanfaatan dalam konteks pendidikan, Pluralisme membawa toleransi bagi peserta didik atau lingkungan belajar. Mengembangkan sikap Pluralisme pada peserta didik pada ini adalah mutlak untuk segera “dilakukan” oleh seluruh pendidikan agama di Indonesia demi kedamaian sejati. Pendidikan agama Islam perlu segera menampilkan ajaran-ajaran Islam yang toleran melalui kurikulum pendidikannya dengan tujuan dan menitikberatkan pada pemahaman dan upaya untuk bisa hidup dalam konteks perbedaan agama dan budaya, baik secara individual maupun secara kolompok dan tidak terjebak pada primordialisme dan ekslusifisme kelompok agama dan budaya yang sempit.
Tujuan untuk menumbuhkan saling menghormati kepada semua manusia yang memiliki iman berbeda atau mazhab berbeda dalam berbagai hal, salah satunya bisa diajarkan lewat pendidikan akidah yang inklusif. Dalam pembelajaranya, tentu saja memberikan perbandingan dengan akidah yang dimiliki oleh agama lain (perbandingan agama). Tentu saja, pengajaran agama seperti itu, sekaligus menuntut untuk bersikap “objektif” sekaligus bersikap “subjektif” dalam pembelajaran.
Anti-Tesis
Di dalam dunia pendidikan, selain kenyataan tentunya ada yang namanya harapan. Harapan ini menjadi keinginan setiap orang yang mempunyai niat untuk berubah tidak terkecuali pada diri peserta didik yang tentunya punya keinginan menjadi peserta didik yang lebih sukses.
Aliran itu tentu sangat bertentangan dengan aliran filsafat pendidikan Monoisme yang memandang bahwa unsurnya bersifat tunggal. Menurut aliran Monoisme bahwa pendidikan bergantung kepada guru sebagai subyek yang akan membelajarkan peserta didik-peserta didiknya agar dapat menjadikan pembelajaran yang berkualitas di kelas, sedangkan pada aliran Pluralisme semua unsur pendidikan saling berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Bisa diargumentasikan bahwa sifat Pluralisme proses ilmiah adalah faktor utama dalam pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan untuk dapat menambah kesejahteraan manusia.
Sintesis
Filsafat pendidikan Pluralisme yang memandang bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas sehingga tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal alam. Aliran Pluralisme mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada pengakuan kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau kebebasan mencari informasi sehingga untuk mencapai Pluralisme diperlukan adanya kematangan dari kepribadian seseorang maupun sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya.
Pluralisme merupakan ciri pemikiran aliran Postmodernisme selanjutnya. Hasil teknologi modern dalam bidang transportasi dan komunikasi menjadikan era Pluralisme budaya dan agama telah semakin dihayati dan dipahami oleh banyak orang dimanapun mereka berada. Adanya Pluralisme budaya, agama, keluarga, ras, ekonomi, sosial, suku pendidikan, ilmu pengetahuan, politik merupakan sebuah realitas. Artinya bahwa mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama dan budaya (Abdullah, 2004: 104). Sehingga menciptakan suatu adanya heterogen, bermacam-macam bukan homogen. Keanekaragaman ini harus ditoleransi antara satu dengan yang lainnya bukan saling menjatuhkan apalagi sampai terjadinya suatu konflik tertentu.
Berdasarkan tesis dan anti-tesis di atas, dapat dipahami bahwa sesuatu hal itu berangkat dari kenyataan (realita) yang ada dan harapan yang mesti digapai dengan ikhtiar atau usaha dalam mengimplementasikan harapan untuk menjadi kenyataan. Oleh karena itu, kenyataan akan sesuai dengan usaha yang telah dilakukan oleh orang yang mau berusaha keras untuk merealisasikan dan mewujudkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar