Selasa, 15 Januari 2019

Naturalisme


Filsafat Pendidikan Naturalisme
Muhammad Fendrik, M.Pd dan Prof. Dr. Marsigit, MA
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta

Tesis
Pandangan yang ada persamaan dengan nativisme adalah aliran Naturalisme yang dipelopori oleh seorang filsuf Prancis Rousseau (1712-1778). Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan yang baik. Namun pembawaan baik itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu.
Naturalisme sebagai istilah kefilsafatan, pada dasarnya merupakan sikap pandang kefilsafatan Monoisme yang menganggap bahwa realitas atau alam semesta ini merupakan satu-satunya fakta yang ada. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Filsuf yang pertama kali memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme adalah Johan Amos Comenius (1592-1670).
Secara ontologis, hakikat dari Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Nature adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah Naturalisme adalah sebaliknya dari istilah Supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam. (Kristiawan, 2016:250-251)
Naturalisme, dapat didefinisikan adalah segala sesuatu yang ada adalah bagian dari alam dan tidak ada kenyataan selain atau diluar alam. Ketika hal tersebut mewakili sebagai definisi global, namun definisi tersebut tidak terlalu informatif atau akurat. Jika "alam" dikenali sebagai apapun yang dimiliki alam adalah natural, maka tuhan, malaikat, dan ruh-ruh di dunia lain juga di klasifikasikan sebagai natural (orang teologi telah memiliki spekulasi mengenai alam dari tuhan, malaikat, dan ruh). Perdebatan menarik terjadi ketika sudah menyangkut apa yang disebut dengan 'alam dari alam' mengidentifikasi apa yang positif disebut bagian dari alam atau apakah itu natural dan apa yang tidak termasuk.
Secara epistemologis, aliran filsafat pendidikan Naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan Aristotalian-homistik. Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke-18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa "Learned heavily on the knowledge reported by man's sense". Filsafat pendidikan ini didukung oleh tiga aliran besar, yaitu Realisme, Empirisme, dan Rasionalisme. Semua penganut Naturalisme merupakan penganut Realisme, tetapi tidak semua penganut Realisme merupakan penganut Naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa Realisme merupakan anak dari Naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran Realisme sejalan dengan Naturalisme.
Selajutnya adalah dimensi aksiologis filsafat Naturalisme pada konteks pendidikan. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi naturalis dimulai jauh hari sebelum anak lahir, yakni sejak kedua orang tuanya memilih jodohnya (Kristiawan, 2016:250-251).
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana.
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat Naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural.
Anti-Tesis
Aliran Naturalisme memandang bahwa segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh pancaindra sebagai kebenaran yang sebenarnya dengan keberadaan manusia beserta kesadarannya. Aliran Naturalisme ini juga disebut dengan negativisme karena berpendapat bahwa pendidikan wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan karena yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirann yaitu dapat secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan dan kecenderungannya.
Sebagai istilah kefilsafatan, Naturalisme dapat diungkapkan sebagai pandangan yang menolak suatu paham yang berpendirian tentang adanya benda-benda atau peristiwa di luar batas-batas penjelasan akal atau ilmiah. Meskipun setiap peristiwa yang terjadi salalu termasuk di dalam maupun diluar akal pikiran manusia. Kenyataan hakiki yang objektif itu ada secara praeksistensi yakni mendahului dan lebih utama dari keberadaan manusia beserta kesadarannya aliran ini, dengan nama-nama yang bervariasi, menekankan bahwa nilai-nilai bersifat absolute dan abadi yang berdasarkan hukum alam.
Sintesis
Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam adalah untuk mempertahankan segala hal yang baik. Seperti diketahui, gagasan Naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti bahwa pendidikan makin lama makin diperlukan.
Karakter khas yang terlihat dari aliran Naturalisme ini adalah bagaimana anak berkembang secara wajar. Menurut aliran Naturalisme, spontanitas merupakan sarana untuk mendapat pengetahuan baik beruoa fisik maupun otak seperti yang tersebut pada poin empat dan lima, Jadi jelaslah, bahwa Naturalisme menghendaki bahwa pendidikan yang berjalan secara wajar tanpa intervensi yang berlebihan sehingga membuat anak tersebut justru merasa terancam. Hal ini dilakukan atas dasar, bahwa anak memiliki potensi insaniyah yang memungkinkan untuk dapat berkembang secara alamiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar