Filsafat Pendidikan Naturalisme
Muhammad Fendrik, M.Pd dan Prof. Dr.
Marsigit, MA
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Tesis
Pandangan yang ada
persamaan dengan nativisme adalah aliran Naturalisme yang dipelopori oleh
seorang filsuf Prancis Rousseau (1712-1778). Rousseau berpendapat bahwa semua
anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan yang baik. Namun pembawaan baik
itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rousseau juga
berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak
pembawaan anak yang baik itu.
Naturalisme sebagai istilah kefilsafatan, pada dasarnya merupakan sikap
pandang kefilsafatan Monoisme yang menganggap bahwa realitas atau alam semesta
ini merupakan satu-satunya fakta yang ada. Dimensi utama dan
pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah
pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Filsuf yang pertama
kali memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran
filsafat pendidikan Naturalisme adalah Johan Amos Comenius (1592-1670).
Secara ontologis, hakikat dari Naturalisme
merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas.
Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai
dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari
fenomena ruang dan waktu. Nature adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh
sains alam. Istilah Naturalisme adalah sebaliknya dari istilah Supernaturalisme
yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang
ada (wujud) di atas atau di luar alam. (Kristiawan, 2016:250-251)
Naturalisme, dapat
didefinisikan adalah segala sesuatu yang ada adalah bagian dari alam dan tidak
ada kenyataan selain atau diluar alam. Ketika hal tersebut mewakili sebagai
definisi global, namun definisi tersebut tidak terlalu informatif atau akurat.
Jika "alam" dikenali sebagai apapun yang dimiliki alam adalah
natural, maka tuhan, malaikat, dan ruh-ruh di dunia lain juga di klasifikasikan
sebagai natural (orang teologi telah memiliki spekulasi mengenai alam dari
tuhan, malaikat, dan ruh). Perdebatan menarik terjadi ketika sudah menyangkut
apa yang disebut dengan 'alam dari alam' mengidentifikasi apa yang positif
disebut bagian dari alam atau apakah itu natural dan apa yang tidak termasuk.
Secara epistemologis, aliran filsafat pendidikan
Naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan
Aristotalian-homistik. Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami
perkembangan pada abad ke-18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang
sains. Ia berpandangan bahwa "Learned heavily on the knowledge reported by
man's sense". Filsafat pendidikan ini didukung oleh tiga aliran besar,
yaitu Realisme, Empirisme, dan Rasionalisme. Semua penganut Naturalisme
merupakan penganut Realisme, tetapi tidak semua penganut Realisme merupakan
penganut Naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa Realisme merupakan anak
dari Naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran Realisme sejalan
dengan Naturalisme.
Selajutnya adalah
dimensi aksiologis filsafat
Naturalisme pada konteks pendidikan. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran
filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya
pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Naturalisme dalam filsafat
pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua
orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi naturalis dimulai jauh hari
sebelum anak lahir, yakni sejak kedua orang tuanya memilih jodohnya
(Kristiawan, 2016:250-251).
Dimensi utama dan
pertama dari pemikiran aliran filsafat Naturalisme di bidang pendidikan
adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Manusia
diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam
berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu
pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan
ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk
menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih
arif dan bijaksana.
Naturalisme dalam
filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak
adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham
naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan
dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat
Naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural.
Anti-Tesis
Aliran Naturalisme
memandang bahwa
segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh pancaindra sebagai kebenaran yang
sebenarnya dengan keberadaan manusia beserta kesadarannya. Aliran
Naturalisme ini juga disebut dengan negativisme karena berpendapat bahwa
pendidikan wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain
pendidikan tidak diperlukan karena yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak
didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan
manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Rousseau ingin menjauhkan
anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga kebaikan anak-anak
yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirann yaitu dapat secara spontan
dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk
mengembangkan pembawaan, kemampuan dan kecenderungannya.
Sebagai istilah kefilsafatan, Naturalisme dapat diungkapkan sebagai
pandangan yang menolak suatu paham yang berpendirian tentang adanya benda-benda
atau peristiwa di luar batas-batas penjelasan akal atau ilmiah.
Meskipun setiap peristiwa yang terjadi salalu termasuk di dalam maupun diluar
akal pikiran manusia. Kenyataan
hakiki yang objektif itu ada secara praeksistensi yakni mendahului dan lebih
utama dari keberadaan manusia beserta kesadarannya aliran ini, dengan nama-nama
yang bervariasi, menekankan bahwa nilai-nilai bersifat absolute dan abadi yang
berdasarkan hukum alam.
Sintesis
Pendidikan harus
dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak
dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke
alam adalah untuk mempertahankan segala hal yang baik. Seperti diketahui,
gagasan Naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini
malahan terbukti bahwa pendidikan makin lama makin diperlukan.
Karakter khas yang
terlihat dari aliran Naturalisme ini adalah bagaimana anak berkembang secara
wajar. Menurut aliran Naturalisme, spontanitas merupakan sarana untuk mendapat
pengetahuan baik beruoa fisik maupun otak seperti yang tersebut pada poin empat
dan lima, Jadi jelaslah, bahwa Naturalisme menghendaki bahwa pendidikan yang
berjalan secara wajar tanpa intervensi yang berlebihan sehingga membuat anak
tersebut justru merasa terancam. Hal ini dilakukan atas dasar, bahwa anak
memiliki potensi insaniyah yang memungkinkan untuk dapat berkembang secara
alamiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar