Filsafat Pendidikan Saintisme
Muhammad Fendrik, M.Pd dan Prof. Dr.
Marsigit, MA
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Tesis
Aliran Saintisme telah
didefinisikan sebagai "pandangan bahwa metode induktif sains adalah
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan terutama bahwa sains dapat
menghasilkan pengetahuan mengenai manusia dan masyarakat yang benar.
Saintisme memandang
bahwa sains adalah satu-satunya jalan untuk mengetahui manusia; (sikap
mendewakan sains). Saintisme merupakan sistem pemikiran falsafah yang bertolak
dari penemuan-penemuan ilmiah abad ke-16 dan 17 M, khususnya penemuan-penemuan
Copernicus, Kepler, Galileo dan Newton. Munculnya pemikiran falsafah yang
bercorak rasional, yang berakar umbi dalam pemikiran lbnu Rusyd, Descartes dan
Bacon pada abad itu juga membantu hasil-hasil penemuan ilmiah di bidang
astronomi dan mekanik ditranformasikan menjadi sistem pemikiran yang mampu
merubah pandangan hidup, gambaran dunia dan cita-cita masyarakat, termasuk
gambaran manusia tentang dirinya dan tempatnya di dunia.
Secara
ontologi, Saintisme adalah suatu paham (isme) falsafat yang meyakini
kebenaran pernyataan bahwa pengetahuan manusia yang benar itu hanya dapat
diperoleh melalui suatu metode yang satu-satunya metode yang disebut metode
sains. Inilah metode yang harus digunakan tatkala orang melakukan pencarian (searching and researching) guna
menemukan pengetahuan baru bersaranakan rasio dan sekaligus indra manusia.
Menurut paham ini, pengetahuan manusia itu baru boleh disebut benar (‘benar’
dalam arti true, dan bukan right) apabila memenuhi dua syarat pembuktian maka masuk akal
dan terdeteksi serta teridentifikasi secara indrawi yang masuk akal harus
dibuktikan sebagai true knowledge berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuranyang indrawi,
sedangkan yang teramati secara indrawi harus bisa disimpulkan sebagai sesuatu
yang ‘benar’ berdasarkan prosedur
logika.
Selanjutnya
secara epistemologis, filsafat
sains bukanlah kosmologi atau filsafat spekulatif tentang alam. Kosmologi
adalah ilmu yang beruaya melakukan spekulasi pemikiran tentang proses
terciptanya alam semesta, hakekat, dan tujuan dari alam
semesta, serta arti dari alam semesta itu. Salah satu contoh
pandangan kosmologis spekulatif adalah pemikiran Hegel dan Whitehead. Hegel
berpendapat bahwa alam semesta memiliki karakter yang dialektis. Sementara,
pada pemikiran Whitehead, alam semesta dipandang sebagai suatu bentuk organisme.
Pemikiran-pemikiran semacam itu seringkali irnajinatif, spekulatif, dan
bersifat antroposentrik.Filsafat sains juga bukanlah sosiologi pengetahuan atau
psikologi pengetahuan. Sosiologi pengetahuan adalah ilmu yang mempelajari ilmu
pengetahuan sebagai sebuah aktivitas sosial, yakni sebagai salah satu bentuk
aktivitas sosial di antara aktivitas sosial lainnya.
Mengenai asas
kebermanfaatan dari filsafat Saintisme atau kajian aksiologis yaitu: Pertama. Sains melihat alam sebagai kesatuan
tunggal dengan segala bagiannya saling terkait satu sama
lain. Kedua. Sains dimaksudkan untuk mendorong baik saintis maupun
orang awam untuk merenungkan alam sebagai artefak sakral Tuhan. Keniscayaan
untuk membahas realitas kosmik sebagai sebuah totalitas, maka kita akan melihat
sifat Tuhan yang dinamis sebagai yang mendasri dan memelihara realitas dibalik
semua kenyataan lainnya. Rizal (2018:111) mengemukakan bahwa sains merupakan
istilah yang cukup familiar didengar dan dipelajari di lingkungan akademik.
Sains merupakan sebuah proses untuk mengamati, meyelidiki dan mengetahui
gejala-gejala alam dan juga menghasilkan metodologi dalam ilmu pengetahuan yang
dinilai sebagai ukuran kemajuan dan perkembangan suatu peradaban. Sehingga
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penguasaan terhadap sains, maka
diperkirakan bangsa tersebut memiliki kemampuan akan pengetahuan akan sains,
teknologi dan peradaban. Hal tersebut dikarenakan bahwa sains telah memberikan
jawaban dan penyediaan kebutuhan dari kemajuan dan perkembangan kehidupan umat
manusia dan alam.
Anti-Tesis
Aliran ini bertolak
belakang dengan kaum idealis yang semuanya sudah ideal tergantung bagaimana
menghasilkan pengetahuan dengan menggunakan akal. Ironis paham ini juga
diakibatkan karena sistem pemikiran yang meyakini adanya hukum alam yang
ajeg dan tetap yang mengatur pergerakan dan kehidupan di alam semesta,
termasuk kehidupan manusia, kelak melahirkan masyarakat yang begitu menyukai
perubahan serta menumbuhkan aliran aliran pemikiran yang saling bersaing dan
berbenturan.
Saintisme perlu
mewaspadai fenomena terjadinya penuhanan terhadap akal mereka sendiri.
Sedangkan akal tersebut tidak akan memberi manfaat kepada kita kecuali yang
telah Allah tetapkan bagi kita. Saintis bekerja dengan logika jalan berpikir
dan kecerdasan yang cemerlang yang diberikan Allah
kepada mereka untuk dapat selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Sintesis
Aliran ini memandang
bahwa metode sains adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dalam
menghasilkan pengetahuan. Saintisme adalah ilmu pengetahuan yang dipakai
sebagai kata kolektif untuk menunjukkan bermacam-macam pengetahuan yang
sistematik dan objektif serta dapat di teliti kebenarannya agar nantinya
melahirkan masyarakat yang begitu menyukai perubahan serta menumbuhkan
aliran-aliran pemikiran yang saling bersaing dan berbenturan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar