Filsafat Pendidikan Formalisme
Muhammad Fendrik, M.Pd dan Prof. Dr.
Marsigit, MA
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Tesis
Aliran Formalisme
yang dibentuk di awal abad ke-20, dengan tujuan khusus yaitu untuk
menyingkirkan kontradiksi dari matematika. David Hilbert (1862-1943) salah satu
pendiri aliran ini, melihat matematika sebagai sekedar sebuah rekayasa simbol
menurut aturan tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem pernyataan tautologis,
yang memiliki konsistensi internal, tapi tanpa makna lain sama sekali
(Marsigit, 2014).
Formalisme pada aspek ontologi yaitu obyek-obyek yang dikaji
dalam matematika. Obyek-obyeknya adalah fakta abstrak, konsep, definisi,
relasi, operasi abstrak, serta prinsip abstrak. Pengetahuan matematika
merupakan keyakinan yang terbuktikan atau lebih tepatnya merupakan pengetahuan
proposisional yang memuat proposisi-proposisi yang diterima, dan tersedia
landasan yang cukup untuk melakukan asersi. Matematika adalah pengetahuan a priori, karena memuat proposisi yang
diasersi melalui pemikiran, menggunakan logika deduktif dan definisi,
konjungsi, aksioma atau postulat metamatika, sebagai dasar untuk memperoleh
pengetahuan matematis.
Pendekatan yang lebih
luas dapat diadopsi secara epistemologi
yang mendasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dalam matematika dinyatakan
dengan sebuah himpunan proposisi, bersama-sama dengan sebuah himpunan prosedur
untuk pembuktian proposisi, sehingga tersedia jaminan untuk melakukan asersi.
Berdasarkan hal ini, pengetahuan matematika terdiri dari seperangkat himpunan
proposisi bersama-sama dengan pembuktiannya.
Program formalis
Hilbert bertujuan untuk menerjemahkan matematika ke dalam sistem formal.
Artinya, dalam lingkup terbatas tetapi sangat mengarah pada sistem formal yang
menunjukkan sifat matematika, dengan menurunkan mitra resmi dari semua
kebenaran matematika melalui bukti konsistensi. Menurut Ernest (1991) aliran
Formalisme memiliki dua dua tesis, yaitu: Matematika dapat dinyatakan sebagai
sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan sebarangan, kebenaran matematika
disajikan melalui teorema-teorema formal. Keamanan dari sistem formal ini dapat
didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak konsistenan. Berdasarkan
landasan pemikiran itu seorang pendukung aliran Formalisme merumuskan
matematika sebagai ilmu tentang sistem-sistem formal.
Formalisme secara aksiologi yaitu melalui konsep
kekontinuan, kaum aliran formalis menerima kehadiran ketakberhinggaan.
Persamaan diferensial menyatakan realitas sebagai sebuah kontinu sehingga
perubahan dalam ruang dan waktu dipahami dapat terjadi secara mulus dan tak
terputus. Akibatnya tidak tersedia ruang untuk perubahan-perubahan yang terjadi
secara mendadak. Kontinuitas adalah perubahan yang mulus dan gradual, bertahap
dan tidak mendadak.
Formalisme tidak perlu
mempunyai hubungan dengan ilmu pengetahuan dan dunia nyata. Dalam persamaan
diferensial, waktu dianggap terbagi dalam serangkaian time-step yang kecil sebagai suatu pendekatan terhadap realitas,
meskipun kenyataannya tidak ada hal seperti itu dalam realitas karena segalanya
mengalir sesuai dengan perjalanan waktu.
Anti-Tesis
Aliran Formalisme
memiliki dua tesis, yaitu yang pertama matematika dapat dinyatakan dalam bentuk
sistem formal yang kosong dari arti dan yang kedua matematika dapat
digunakan untuk menunjukkan bahwa sistem formal yang dibangun bebas dari
segala macam kontradiksi dan paradok.
Beberapa ahli tidak
menerima konsep aliran Formalisme ini. Alasan keberatan bermula ketika Godel
membuktikan bahwa tidak mungkin bisa membuat sistem yang lengkap dan konsisten
dalam dirinya sendiri. Pernyataan ini dikenal dengan Teorema Ketidaklengkapan
Godel (Godel’s Incompleteness Theorem). Teorema pertamanya menunjukkan bahwa
bahkan tidak semua kebenaran dari aritmatika dapat diturunkan dari aksioma
Peano (atau setiap aksioma set yang rekursif lebih besar). Teorema
ketidaklengkapan kedua menunjukkan bahwa dalam kasus konsistensi pembuktian
memerlukan meta-matematika. Jadi, tidak semua kebenaran matematika dapat
direpresentasikan sebagai teorema dalam sistem formal dan sistem itu sendiri
tidak dapat dijamin kebenarannya.
Sintesis
Pembuktian matematika
didasarkan pada cara berpikir, dan tidak menggunakan fakta-fakta empiris, maka
pengetahuan matematika adalah pengetahuan yang bersifat paling pasti dari
seluruh pengetahuan yang ada di dunia. Layaklah jika secara agak anarkis
matematika menyebut dirinya sebagai dewa pengetahuan yang hanya mau mematuhi aturan
yang dibuatnya sendiri.
Aliran Formalisme juga
memiliki tujuan lain, yaitu untuk menerima kebenaran tanpa melakukan
pembuktian pada semua matematika secara lengkap dan konsisten. Aliran
Formalisme juga sering dikenal dengan nama deduktivisme karena dalam Formalisme
haruslah menggunakan prinsip deduktif. Prinsip deduktif maksudnya setiap
pernyataan harus bepedoman pada pernyataan yang telah ada sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar